PEMAKZULAN GIBRAN MUSTAHIL TERJADI, HATI-HATI FRAMING DPR/MPR DI KENDALIKAN JOKOWI
PEMAKZULAN GIBRAN: ILUSI POLITIK YANG TAK AKAN PERNAH JADI REALITAS

PEMAKZULAN GIBRAN: ILUSI POLITIK YANG TAK AKAN PERNAH JADI REALITAS
detakpolitik.com, JAKARTA - Belakangan ini ruang publik kembali dipenuhi dengan wacana-wacana absurd yang tak lebih dari pengulangan kebiasaan lama: memainkan emosi publik dengan skenario pemakzulan yang tidak berdasar. Nama Gibran Rakabuming Raka kembali diseret dalam pusaran permainan elit lama yang belum move on dari kekuasaan. Mereka, yang selama ini hidup dari kegaduhan dan manuver-manuver politik tanpa prestasi, kini menggeliat dan merangkai ilusi, seolah-olah republik ini sedang berada di ujung tanduk, hanya karena seorang wakil presiden muda mendampingi seorang presiden kuat yang sah secara konstitusi dan demokratis.
Isu pemakzulan Gibran adalah ilusi. Ilusi yang sengaja diproduksi oleh kelompok-kelompok yang gerah melihat kuatnya sinergi antara Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Mereka bukan hanya tidak suka, mereka ketakutan. Ketakutan karena tahu bahwa duet Prabowo-Gibran bukan hanya simbol kontinuitas kekuasaan, tetapi juga lambang keberlanjutan pembangunan, simbol stabilitas nasional, dan jawaban konkret atas mimpi Indonesia menjadi negara maju sebelum satu abad kemerdekaannya.
Publik harus sadar, bahwa wacana pemakzulan ini bukan sekadar perbedaan pendapat politik. Ini adalah operasi opini yang terstruktur dan sistematis, dengan tujuan akhir: menggoyang fondasi kekuasaan yang sah, mengacaukan kepercayaan publik terhadap pemerintahan yang baru saja terbentuk, dan membuka celah bagi kekuatan lama untuk kembali mencengkeramkan kuku-kuku tajamnya ke kursi kekuasaan. Jangan salah. Ini bukan tentang Gibran. Ini tentang upaya mengganggu pemerintahan Prabowo-Gibran yang sah, kuat, dan menjanjikan.
Dibalik isu pemakzulan ini, ada kekuatan-kekuatan yang tak pernah lelah bersembunyi di balik jargon demokrasi, tetapi sejatinya mereka adalah kaum oligarkis opini yang menjadikan kebebasan berpendapat sebagai senjata untuk menggulingkan legitimasi pemerintahan sah. Mereka yang pernah terlibat dalam drama-drama politik masa lalu, kini mencoba menjajakan narasi baru agar masyarakat ragu, agar elite terpecah, dan agar pemerintah tersandera oleh tekanan opini publik yang sesat.
Mereka paham, pemakzulan Gibran secara hukum sangat sulit. Syarat konstitusionalnya amat berat. Tidak cukup hanya dengan dalil politis atau kritik normatif, harus ada bukti kuat, pelanggaran hukum berat, atau pengkhianatan terhadap negara. Apakah ada bukti itu? Tidak ada. Bahkan sebiji pasir pun tak ada yang bisa dijadikan dalih hukum. Yang ada hanyalah opini kosong, narasi liar, dan framing jahat bahwa Gibran menjadi simbol dinasti politik—padahal publik sudah menentukan pilihannya lewat Pemilu yang sah dan terbuka.
Mari kita buka mata dan akal sehat. DPR dan MPR bukan boneka. Mereka adalah institusi demokratis yang diisi oleh representasi pilihan rakyat. Ketika mayoritas parlemen bersatu mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran, itu adalah kehendak rakyat yang dibawa oleh wakil-wakil rakyat. Jangan termakan narasi sesat bahwa lembaga legislatif dikendalikan oleh satu sosok. Tidak ada presiden di republik ini yang bisa mengontrol ratusan kepala di Senayan hanya dengan satu jentikan jari. Yang ada adalah harmoni politik, stabilitas nasional, dan semangat gotong royong yang berhasil dirajut dengan cerdas oleh Presiden Jokowi selama dua periode, dan kini dilanjutkan dengan kekuatan yang lebih besar oleh Presiden Prabowo.
Kelompok-kelompok yang menggaungkan pemakzulan ini adalah pihak yang frustasi karena gagal mendapatkan kekuasaan secara sah dalam Pemilu. Mereka mencoba jalan belakang. Mereka tahu, di medan konstitusi mereka kalah, di arena publik mereka kehilangan simpati. Maka yang tersisa adalah skenario rusuh, penggiringan opini, dan operasi pembusukan karakter.
Mereka berharap rakyat terhasut. Mereka berharap mahasiswa turun ke jalan. Mereka berharap konflik sosial terjadi. Dan dari kekacauan itu, mereka mengincar kekuasaan. Ini bukan asumsi. Ini pola. Sudah terjadi berkali-kali dalam sejarah politik kita. Tapi rakyat Indonesia tidak bodoh. Publik sudah kenyang dengan drama-drama politik kotor yang hanya menyisakan konflik dan kegagalan pembangunan. Rakyat ingin kepastian, stabilitas, dan masa depan yang lebih baik. Dan itu hanya bisa dicapai jika kita semua menjaga keutuhan pemerintahan yang telah dipilih oleh lebih dari 96 juta pemilih sah.
Presiden Prabowo Subianto telah menunjukkan kapasitas kepemimpinan yang luar biasa sejak hari pertama menjabat. Beliau merangkul semua kekuatan politik, menunjukkan komitmen besar pada reformasi birokrasi, ketahanan pangan, pertahanan negara, dan transformasi industri nasional. Di sisi lain, Gibran Rakabuming Raka hadir sebagai simbol regenerasi dan keterlibatan generasi muda dalam politik nasional. Kombinasi ini sangat langka dan istimewa. Maka wajar, jika duet ini membuat panik kekuatan lama.
Mereka tidak takut pada Gibran. Mereka takut pada simbol bahwa kekuasaan kini telah berpindah ke tangan anak muda. Mereka tidak takut pada Prabowo. Mereka takut karena Prabowo bukan lagi oposan keras, melainkan pemimpin konsensus yang kini menjadi presiden seluruh rakyat Indonesia. Mereka tidak ingin Indonesia stabil. Karena stabilitas berarti keberlanjutan. Dan keberlanjutan berarti kemajuan. Sedangkan kemajuan berarti mereka akan sepenuhnya tertinggal dalam arus sejarah.
Jangan biarkan propaganda pemakzulan ini meracuni pikiran kita. Ini bukan sekadar isu politik biasa. Ini adalah bentuk sabotase terhadap kehendak rakyat. Karena yang dipertaruhkan bukan hanya posisi seorang wakil presiden, tapi masa depan seluruh bangsa. Bila kita membiarkan isu ini terus menggema tanpa perlawanan opini yang sehat, maka kita membuka ruang bagi kekacauan yang lebih besar.
Kita harus lawan narasi ini dengan akal sehat. Kita harus bangkit melawan propaganda mereka dengan propaganda yang lebih mulia: propaganda untuk membangun bangsa, propaganda untuk mendukung pemerintahan sah, propaganda untuk memastikan bahwa rakyat Indonesia mendapatkan haknya atas stabilitas, pembangunan, dan masa depan yang gemilang.
Mari kita dukung penuh pemerintahan Prabowo-Gibran. Kita jaga solidaritas nasional, kita perkuat narasi keberlanjutan. Kita lawan balik mereka yang mencoba menjual mimpi palsu lewat isu pemakzulan yang tidak punya dasar. Bukan hanya tidak mungkin, pemakzulan itu absurd dan melecehkan nalar publik.
Prabowo-Gibran adalah mandat rakyat. Dan mandat rakyat adalah kehendak tertinggi dalam demokrasi. Jangan biarkan kekuatan oportunis merongrongnya. Kita jaga mandat ini. Kita kawal bersama. Demi Indonesia yang lebih kuat, lebih adil, dan lebih maju.
Profil Penulis,
Widodo Sihotang - Peneliti Utama Detak Politika
Apa Reaksi Anda?






