Harta Kekayaan Deddy Corbuzier Hampir Tembus Rp1 Triliun: Dari Dunia Sulap ke Puncak Elite Ekonomi dan Politik
Deddy Corbuzier, Harta Kekayaan Deddy, Sulap, Politik

detakpolotik.com, JAKARTA - Nama Deddy Corbuzier sudah tidak asing lagi bagi publik Indonesia. Ia bukan sekadar figur media atau selebritas biasa. Ia adalah sosok multifaset yang telah menempuh perjalanan panjang dari panggung hiburan hingga kursi strategis pemerintahan. Kini, catatan harta kekayaannya yang mencengangkan—mendekati Rp1 triliun—membuat banyak orang bertanya-tanya: bagaimana seorang mantan pesulap, presenter televisi, dan konten kreator digital bisa meraih posisi finansial sedemikian spektakuler?
Hal ini bukan sekadar gosip belaka. Fakta mengenai kekayaan luar biasa Deddy Corbuzier terungkap secara resmi dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang ia sampaikan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tanggal 8 Mei 2025 lalu. Laporan ini menjadi sorotan utama media nasional pada Minggu, 8 Juni 2025, ketika portal bisnis ternama mengungkapkan rincian angka-angka kekayaannya yang sangat besar.
Dalam laporan tersebut, pria bernama asli Deodatus Andreas Deddy Cahyadi Sunjoyo ini tercatat memiliki total kekayaan senilai Rp953.021.579.571 setelah dikurangi dengan total utang sebesar Rp19.733.191.890. Angka ini tentu bukan main-main. Jika tren pertumbuhan asetnya terus berlanjut, tak tertutup kemungkinan bahwa dalam waktu dekat Deddy akan menjadi salah satu tokoh non-pengusaha pertama di Indonesia yang berhasil menyentuh angka Rp1 triliun dalam laporan resmi LHKPN.
Salah satu komponen utama dalam portofolio kekayaan Deddy adalah properti. Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa ia memiliki 19 bidang tanah yang tersebar di dua kota besar: Tangerang dan Medan. Nilai total tanah-tanah tersebut mencapai lebih dari Rp66 miliar, tepatnya Rp66.599.664.431. Jumlah ini memperlihatkan bahwa Deddy tidak sekadar menyimpan kekayaan dalam bentuk uang tunai atau aset bergerak, tetapi juga menanamkan modal secara cerdas ke sektor properti, yang selama ini dikenal stabil dan menjanjikan dalam jangka panjang.
Bidang properti sendiri bukan sesuatu yang asing bagi kalangan selebritas. Namun, jumlah dan nilai aset tanah yang dimiliki Deddy mengindikasikan bahwa ia memiliki perencanaan keuangan yang matang dan mungkin juga melibatkan penasihat profesional dalam mengelola kekayaannya. Tidak diketahui secara pasti apakah tanah-tanah tersebut dibeli sebagai investasi pasif atau sebagai bagian dari proyek bisnis tertentu, seperti pembangunan vila, perumahan, atau hotel. Namun yang jelas, nilai totalnya menjadi salah satu penyumbang utama kekayaan Deddy.
Selain tanah, Deddy juga memiliki dua unit kendaraan mewah, yakni Ford Ranger dan Jeep Rubicon, dengan total nilai Rp2.195.000.000. Kendaraan ini bukan sekadar simbol gaya hidup, melainkan juga mencerminkan selera dan karakter Deddy yang selama ini dikenal sebagai sosok maskulin, tegas, dan sangat memperhatikan penampilan.
Namun yang lebih mengejutkan publik bukanlah tanah ataupun mobil mewahnya, melainkan jumlah harta bergerak lainnya yang ia miliki. Dalam LHKPN tersebut, Deddy mencantumkan harta bergerak yang tidak dirinci satu per satu, tetapi total nilainya mencapai angka fantastis Rp496.152.007.876. Harta bergerak ini bisa mencakup berbagai jenis kekayaan seperti perhiasan, karya seni, koleksi bernilai tinggi, peralatan produksi untuk keperluan konten, atau barang-barang lain yang bernilai tinggi secara komersial maupun historis.
Tak hanya itu, Deddy juga memiliki surat berharga senilai Rp386.130.385.400. Surat berharga ini bisa berbentuk saham, obligasi, reksa dana, atau instrumen investasi lainnya yang menunjukkan bahwa ia aktif dalam pengelolaan aset keuangan modern. Ini memberi gambaran bahwa Deddy tidak hanya mengandalkan pendapatan dari dunia hiburan atau gaji dari posisinya sebagai Staf Khusus Menteri Pertahanan, tetapi juga serius dalam bermain di sektor finansial.
Aspek lain yang juga menarik perhatian adalah jumlah kas atau setara kas yang dimiliki Deddy, yakni sebesar Rp21.677.713.754. Jumlah ini menunjukkan likuiditas tinggi yang dimilikinya. Dalam istilah awam, ini artinya Deddy memiliki dana tunai atau aset yang dapat dicairkan dalam waktu cepat hingga puluhan miliar rupiah. Dana likuid sebesar itu bisa digunakan sewaktu-waktu untuk investasi baru, kebutuhan mendesak, atau ekspansi usaha yang membutuhkan keputusan cepat.
Namun, dalam laporan yang sama, Deddy juga mencantumkan kewajiban utang sebesar Rp19.733.191.890. Meski demikian, jika dibandingkan dengan total kekayaannya yang mendekati satu triliun, jumlah utang tersebut tergolong kecil—hanya sekitar 2 persen dari total kekayaan. Ini menandakan bahwa secara finansial, Deddy dalam kondisi sangat sehat. Ia memiliki leverage (rasio utang terhadap aset) yang sangat rendah, yang memberi ruang fleksibel baginya untuk mengambil keputusan investasi atau konsumsi tanpa tekanan besar dari pihak kreditur.
Deddy Corbuzier memang bukan figur biasa. Ia adalah ikon transformasi. Publik mengenalnya pertama kali lewat layar kaca sebagai mentalist atau pesulap yang selalu tampil dengan aura misterius. Namun, kariernya tak berhenti di sana. Ia kemudian berevolusi menjadi presenter talkshow televisi, pembawa acara reality show, hingga akhirnya menjadi salah satu pionir podcast Indonesia melalui kanal YouTube miliknya: Close The Door. Di sinilah titik balik finansialnya dimulai.
Dengan lebih dari 20 juta subscriber dan puluhan juta penonton per bulan, kanal YouTube Deddy menjadi tambang emas digital yang memberinya pemasukan miliaran rupiah setiap bulan. Kontennya yang variatif—mulai dari wawancara politikus, ulama, akademisi, selebritas, hingga tokoh viral—menjadi magnet luar biasa bagi advertiser dan sponsor besar. Bahkan tak jarang, podcast-nya dijadikan panggung peluncuran isu politik nasional oleh para tokoh penting.
Tak berhenti di dunia digital, Deddy juga mulai masuk ke berbagai sektor lain. Ia terlibat dalam industri kebugaran, memiliki lini suplemen, dan menjadi brand ambassador untuk berbagai produk besar. Sebagai figur publik yang kini punya peran strategis dalam pemerintahan—yakni sebagai Staf Khusus Menteri Pertahanan Bidang Komunikasi Sosial dan Publik—Deddy tidak hanya menikmati popularitas, tapi juga pengaruh politik.
Banyak yang mempertanyakan bagaimana latar belakang entertainer bisa membawanya ke posisi penting dalam kabinet pertahanan. Namun justru di sanalah keunikan Deddy. Ia adalah contoh nyata dari era baru komunikasi politik di mana personal branding, keterampilan komunikasi massa, dan jejaring sosial digital bisa menjadi alat kekuasaan yang lebih tajam dibanding sekadar jaringan partai atau silsilah militer.
Kekayaan yang mendekati Rp1 triliun ini juga memberi gambaran penting tentang masa depan politik dan ekonomi Indonesia. Kita kini melihat munculnya generasi baru elite nasional yang tidak lahir dari politik tradisional, militer, atau konglomerat lama. Mereka berasal dari dunia hiburan, teknologi, dan media sosial—dunia yang selama ini dianggap ringan tapi ternyata memiliki daya pengaruh dan potensi ekonomi luar biasa.
Dalam konteks ini, Deddy Corbuzier bukan hanya simbol kesuksesan pribadi, tetapi juga perwujudan perubahan lanskap kekuasaan dan ekonomi di Indonesia. Ia adalah manifestasi dari pergeseran paradigma kekayaan: dari kekayaan berbasis aset warisan dan penguasaan sumber daya alam, ke kekayaan berbasis kreativitas, digitalisasi, dan pengaruh sosial.
Ke depan, pertanyaan yang akan muncul bukan lagi "bagaimana Deddy bisa sekaya ini?" tapi justru "apakah akan muncul banyak Deddy-Deddy baru di Indonesia?" Jika ya, maka kita sedang menyaksikan lahirnya generasi pemimpin dan penguasa baru yang membangun kekayaan dan kekuasaan dari ruang tamu rumah mereka, bukan dari ruang rapat partai atau kantor korporasi tua.
Namun di balik gemerlap itu, tentu tantangan besar juga menanti. Deddy kini tidak hanya harus menjaga reputasi sebagai tokoh publik dan figur pemerintahan, tapi juga harus menunjukkan bahwa kekayaan yang ia miliki dibarengi dengan integritas, transparansi, dan kontribusi nyata bagi negara. Kekayaan besar selalu datang bersama sorotan dan ekspektasi besar.
Dan di negeri yang sedang belajar untuk lebih terbuka dan adil dalam memandang kesuksesan, Deddy Corbuzier berdiri sebagai simbol bahwa kekayaan bukan lagi milik segelintir orang tua dengan kekuasaan lama. Tapi kini, juga bisa dimiliki oleh mereka yang berani berpikir berbeda, bertindak mandiri, dan membangun pengaruh melalui layar kaca—atau bahkan dari balik mikrofon podcast.
(putri/dp)
Apa Reaksi Anda?






