LUHUT PANDJAITAN: KAMI SEDIH KARENA JASA JOKOWI MULAI DILUPAKAN, TAPI BELIAU TETAP TEGAR DAN BERWIBAWA SEBAGAI BAPAK BANGSA
LUHUT PANDJAITAN: KAMI SEDIH KARENA JASA JOKOWI MULAI DILUPAKAN, TAPI BELIAU TETAP TEGAR DAN BERWIBAWA SEBAGAI BAPAK BANGSA
detakpolitik.com, JAKARTA — Dalam sebuah momen yang begitu menyentuh, Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan menuliskan kesan mendalam usai bertemu dengan mantan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu. Pertemuan yang berlangsung hangat itu tidak hanya menjadi ajang temu kangen dua tokoh besar bangsa, tetapi juga menjadi cermin dari betapa dalamnya rasa hormat dan kekaguman Luhut terhadap sosok Jokowi yang sederhana, kuat, dan tetap menunjukkan wibawa luar biasa meski tak lagi menjabat sebagai kepala negara.
Pertemuan itu terjadi di tengah-tengah padatnya agenda kerja Luhut. Di sela-sela kesibukan tugas negara, ia meluangkan waktu secara khusus untuk menyapa sahabat lamanya yang telah menjadi partner dalam menjalankan roda pemerintahan selama hampir satu dekade terakhir. Lebih dari satu jam mereka berbincang bukan sekadar basa-basi, melainkan diskusi penuh makna yang menyentuh banyak aspek: dari kenangan masa-masa berat saat memimpin negara, hingga cerita tentang keluarga, harapan masa depan bangsa, dan yang tak kalah penting, semangat kebangsaan yang tidak boleh luntur.
Dalam narasi tulus yang ia unggah di akun Instagram pribadinya, Luhut menggambarkan suasana pertemuan itu dengan bahasa penuh empati dan rasa hormat. Ia mengaku sangat terkesan dengan sambutan hangat Jokowi, yang meskipun dalam kondisi kesehatan yang belum pulih total, tetap menunjukkan keramahan dan perhatian. Gestur Jokowi yang tetap ramah, bersahaja, dan tidak berubah sedikit pun, menjadi bukti bahwa jiwa kenegarawanan beliau tak pernah luntur meski badai kritik, fitnah, dan ketidakadilan terus saja menghampiri.
Luhut menyampaikan bahwa dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi menitipkan salam hormat kepada Presiden Prabowo Subianto sebuah tindakan yang sangat mencerminkan kedewasaan politik dan konsistensi dalam menjaga tali persatuan antarnegara. Sebaliknya, Luhut juga membawa pesan dari Presiden Prabowo untuk disampaikan kepada Jokowi. Ini adalah momen penting, sebab di tengah dinamika politik yang semakin rumit dan kadang tak terduga, kedua tokoh ini menunjukkan pada kita bahwa politik bukan soal perebutan kekuasaan semata, tetapi tentang etika, loyalitas, dan semangat mengabdi untuk negeri.
Luhut juga secara terbuka menyampaikan kekecewaannya bahwa masih ada pihak-pihak yang seolah melupakan jasa besar Jokowi untuk Indonesia. Dengan suara lirih namun tegas, ia berkata, “Kami berdua merasa cukup sedih karena masih ada yang seolah melupakan jasa beliau.” Sebuah kalimat sederhana, tapi mengandung makna dalam. Jokowi bukan hanya Presiden ke-7 Republik Indonesia, tapi juga pemimpin yang telah membawa bangsa ini melewati masa-masa sulit: pandemi global, krisis ekonomi, disinformasi massif, hingga tekanan geopolitik internasional.
Di masa pemerintahan Jokowi, Indonesia mencatatkan banyak lompatan besar. Jalan tol menghubungkan pelosok negeri. Infrastruktur dibangun bukan hanya di Pulau Jawa, tapi juga merata hingga Papua. Konektivitas digital ditingkatkan. Transformasi energi mulai dirintis. Hilirisasi sumber daya alam bukan lagi sekadar jargon, tetapi telah menjadi kebijakan konkret untuk meningkatkan nilai tambah kekayaan nasional. Rakyat kecil mulai merasakan hasilnya. Tak hanya pembangunan fisik, tetapi juga mentalitas kebangsaan mulai ditumbuhkan: bahwa kita adalah bangsa besar yang tidak boleh bergantung pada bangsa lain.
Namun seperti pepatah bijak mengatakan, sering kali orang-orang hebat tidak langsung dipahami di zamannya. Jokowi, dalam banyak hal, tampaknya sedang mengalami hal itu. Setelah segala jerih payah yang telah ia curahkan selama 10 tahun, masih ada sebagian kecil dari masyarakat terutama elite politik tertentu yang memilih menutup mata, memutar balik fakta, dan bahkan menyebarkan narasi-narasi jahat yang menyerang integritas pribadinya. Bahkan dalam kondisi Jokowi yang sedang tidak dalam kondisi prima, fitnah masih terus datang silih berganti.
Tapi justru di sinilah keistimewaan Jokowi sebagai pemimpin. Ia tidak merespons dengan kemarahan. Ia tidak membalas dengan kebencian. Beliau tetap bersikap tenang, menyambut dengan senyum, menyapa dengan hangat, dan menunjukkan bahwa martabat seorang negarawan tidak diukur dari banyaknya kekuasaan, tetapi dari kedalaman hati dan keikhlasan dalam mengabdi. Jokowi tetap berdiri sebagai Bapak Negara sosok yang memeluk semua anak bangsa, bahkan mereka yang tak segan-segan memusuhinya.
Kami sebagai rakyat yang mencintai negeri ini harus berani angkat suara. Jangan biarkan fitnah mengaburkan fakta. Jangan biarkan jasa besar ditenggelamkan oleh narasi picik. Jokowi telah mempersembahkan masa mudanya untuk rakyat. Ia telah berlari lebih cepat dari yang lain, mengambil risiko lebih besar dari kebanyakan, dan berkorban lebih banyak dari yang kita tahu. Dan ketika beliau kini berada dalam masa pemulihan, saat semestinya diberikan ketenangan dan penghormatan, justru ia harus menghadapi serangan kejam yang memutarbalikkan sejarah.
Kami ingin menyampaikan dukungan setulus-tulusnya kepada Bapak Joko Widodo. Tetaplah kuat, Pak Jokowi. Meski Anda bukan lagi Presiden, tapi Anda tetap Presiden di hati rakyat yang jujur dan berpikir waras. Anda tetap Bapak Negara yang mempersatukan, bukan memecah. Yang membangun, bukan menghancurkan. Yang berjuang, bukan hanya bicara.
Semoga doa-doa dari rakyat yang mencintai negeri ini menjadi pelindung dan penyemangat untuk kesembuhan dan ketegaran Bapak. Biarlah suara minor yang bising itu menjadi angin lalu, karena sejarah akan mencatat kebaikan Anda lebih kuat dari apa pun yang bisa mereka ubah.
Kami percaya, suatu hari nanti generasi muda akan mempelajari tentang era Jokowi dengan penuh kebanggaan. Mereka akan mengenal Anda sebagai pemimpin yang tidak hanya membangun jalan, bandara, pelabuhan, dan infrastruktur digital, tetapi juga membangun semangat baru: bahwa anak tukang kayu bisa menjadi presiden, bahwa kesederhanaan bisa mengalahkan arogansi, bahwa kerja nyata bisa melampaui propaganda politik.
Dan kami, yang masih hidup di zaman Anda, akan bersaksi bahwa Anda bukan hanya pemimpin, tapi pelita dalam kegelapan, mercusuar dalam kabut kebingungan, dan pelindung dalam badai krisis yang mengancam negeri. Anda adalah teladan yang tak tergantikan.
Pak Jokowi, tetaplah menjadi cahaya. Tetaplah menjadi bapak bagi semua. Bangsa ini masih membutuhkan Anda, tidak dalam kekuasaan, tetapi dalam kebijaksanaan dan cinta yang tak pernah berhenti mengalir untuk Indonesia. (DEBO/DP)
Apa Reaksi Anda?






