MAKO tidak boleh jatuh. MAKO harus dipertahankan dengan segala cara: Dukungan Tegas kepada Polri dan Himbauan Menahan Diri bagi Masyarakat

detakpolitik.com, Jakarta - MAKO atau Markas Komando bukanlah sekadar bangunan fisik, bukan pula hanya simbol keberadaan aparat, melainkan jantung dari seluruh sistem pertahanan dan keamanan yang ada di tubuh kepolisian. Di dalamnya tersimpan senjata, amunisi, bahan peledak, perangkat komunikasi, arsip strategi, serta perlengkapan penting lain yang tidak boleh jatuh ke tangan siapa pun yang salah. Dalam prinsip perang, yang pertama kali dilumpuhkan musuh adalah markas komando, sebab jika pusat kendali itu berhasil direbut, maka seluruh sistem pertahanan akan lumpuh. Karena itulah, tidak bisa dibayangkan betapa fatal akibatnya bila suatu hari markas komando benar-benar dikuasai oleh massa pendemo yang tindakannya telah bergeser dari menyampaikan aspirasi menjadi penjarahan, perusakan, dan intimidasi.
Dalam beberapa hari terakhir, pemberitaan menunjukkan bahwa para pendemo tidak lagi berhenti pada sekadar berorasi atau menyampaikan pikiran di muka umum. Sudah ada pergeseran yang nyata. Demo yang sejatinya merupakan hak konstitusional kini telah bercampur dengan tindakan anarkis yang mengancam sendi-sendi keamanan negara. Toko-toko dijarah, fasilitas umum dihancurkan, kendaraan dibakar, dan lebih parah lagi, beberapa kelompok berani mencoba memasuki markas polisi. Inilah garis batas yang tidak boleh dilewati. Sebab ketika markas komando benar-benar disentuh, bangsa ini sedang bermain dengan api yang bisa membakar dirinya sendiri.
Markas komando adalah ruang vital. Dari sanalah seluruh koordinasi keamanan dijalankan. Jika ia lumpuh, maka aparat kehilangan arah. Jika ia jatuh, maka senjata bisa berpindah tangan dan digunakan untuk tujuan-tujuan gelap yang akan menjerumuskan negeri ini pada kekacauan yang lebih dalam. Tidak ada kompromi dalam hal ini. MAKO harus dijaga mati-matian, sebab jatuhnya markas komando sama artinya dengan terbukanya jalan menuju kehancuran negara.
Oleh karena itu, Polri harus bersikap tegas. Tidak ada pilihan lain selain menjaga setiap markas, setiap pusat kendali, dan setiap gudang senjata agar tidak disentuh siapa pun selain aparat yang berwenang. Tegas bukan berarti kejam. Tegas bukan berarti membabi buta. Tegas berarti jelas dalam batas, konsisten dalam tindakan, dan berani mengambil risiko demi kepentingan bangsa yang lebih besar. Polri harus tetap mengedepankan dialog ketika aspirasi disampaikan secara damai, namun ketika garis batas dilanggar, maka tindakan tegas adalah harga mati.
Dalam situasi yang panas seperti ini, masyarakat juga memegang peran penting. Jangan mudah terprovokasi, jangan mudah percaya pada isu-isu yang berseliweran di media sosial, apalagi pada berita palsu yang sengaja disebarkan untuk menyalakan api kebencian. Ada banyak pihak yang memang ingin negeri ini kacau, ada kelompok yang senang melihat Indonesia porak-poranda, ada pihak yang menunggangi gelombang demo untuk kepentingan politik sesaat. Masyarakat yang cerdas harus bisa membedakan antara aspirasi yang murni dengan provokasi yang sengaja diarahkan untuk menghancurkan.
Kerusuhan, betapa pun besar teriakannya, tidak pernah menguntungkan rakyat kecil. Justru rakyatlah yang paling menderita. Pedagang kehilangan mata pencaharian karena tokonya dijarah. Warga tidak bisa beraktivitas karena jalanan diblokir. Fasilitas publik hancur yang pada akhirnya harus dibangun kembali menggunakan uang rakyat. Sementara para provokator yang meniupkan api kerusuhan seringkali bersembunyi, menikmati hasilnya, dan membiarkan rakyat biasa menjadi korban.
Sebagian orang mencoba membandingkan situasi sekarang dengan tahun 1998, seakan-akan demonstrasi besar bisa mengulang sejarah. Tetapi situasi kini berbeda jauh. Pada 1998, bangsa ini dililit krisis ekonomi, harga-harga melambung, dan pintu aspirasi ditutup rapat oleh rezim otoriter. Saat itu, jalanan menjadi satu-satunya pilihan. Kini kita hidup dalam sistem demokrasi yang terbuka. Aspirasi bisa disampaikan melalui DPR, pemilu, jalur hukum, hingga forum-forum publik. Tidak ada alasan untuk kembali pada anarki. Menyamakan demonstrasi hari ini dengan peristiwa 1998 hanya akan menyesatkan, seolah-olah kita tidak belajar dari luka sejarah yang penuh darah dan trauma.
Yang kita butuhkan hari ini bukanlah kerusuhan baru, bukan pula bentrokan yang hanya melahirkan korban, melainkan persatuan. Polri membutuhkan dukungan moral dari rakyat. Aparat di lapangan yang berhadapan dengan ribuan massa adalah bagian dari bangsa ini juga. Mereka memiliki keluarga, mereka pun anak bangsa yang bertugas menjaga keamanan negeri. Jika Polri terus digembosi kepercayaannya, jika tindakan tegas selalu dipelintir seolah bentuk penindasan, maka siapa yang akan berdiri menjaga kita? Jangan sampai bangsa ini kehilangan kepercayaan kepada aparatnya sendiri, sebab begitu itu terjadi, maka negeri ini sedang menuju jurang.
MAKO tidak boleh jatuh. MAKO adalah garis pertahanan terakhir. Polri harus tegas menjaga, dan rakyat harus mendukungnya. Kita semua harus meneguhkan tekad bahwa demo damai boleh, menyuarakan aspirasi sah, tetapi anarki tidak bisa ditoleransi. Jangan biarkan negeri ini dipecah belah oleh provokasi. Jangan biarkan media sosial yang penuh hoaks menjadi kompas yang menyesatkan. Jangan biarkan rumah besar bernama Indonesia ini hancur karena kita terlena pada amarah sesaat.
Bangsa ini terlalu berharga untuk diserahkan pada kekacauan. Indonesia harus tetap berdiri, kokoh dan bersatu. Markas komando harus tetap tegak sebagai simbol negara yang berdaulat. Polri harus kita dukung agar berani bersikap tegas, sebab ketegasan aparat adalah benteng yang menyelamatkan kita semua dari kehancuran. Dan masyarakat harus menahan diri, sebab pada akhirnya, hanya dengan persatuan dan ketenangan, kita bisa melewati badai ini bersama-sama.
Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan rumah ini terbakar oleh tangan-tangan yang hanya ingin melihatnya runtuh. Jangan biarkan markas komando jatuh, sebab di sanalah nyawa bangsa ini disimpan. Saatnya kita semua berdiri bersama: mendukung Polri, menjaga negeri, dan memastikan Indonesia tetap utuh dalam damai. (Hengki/dp)
Apa Reaksi Anda?






